
Cinta Allah
Mengejar 10 malam terakhir
Meraih 'mega sale' Ramadhan
![]() |
[Gambar hiasan - tiada kaitan antara yang hidup dan mati] |
Syukur yang dilupakan
Bismillah..
Hari ini..
kita masih mampu mengerdipkan mata, masih mampu bernafas dengan lancar, masih mampu berjalan ke sana ke mari..
masih..masih..masih..
Ahh..banyaknya benda yang kita masih boleh lakukan tanpa mengeluarkan bayaran!
Amal mana yang diterima?
Baju bersih
Contoh, baju hujan bertujuan untuk melindungi kita daripada terkena air hujan, baju sejuk untuk memanaskan badan dan sebagainya.
Persiapan Buat Ramadhan...

Satu ayat yang Allah tujukan buat orang-orang yang beriman; dengan menyatakan kepada kita tentang kewajipan berpuasa dan matlamatnya. Bulan Ramadhan yang mulia bakal menjelma, sejauh manakah kita telah mempersiapkan diri kita menuju ke arah bulan yang penuh barakah ini?
Kisah Seorang Ayah
Jangan Putus Harapan

Dan jangan pula berputus asa.
Apakah disebabkan dosa yang sudah lalu, ia menghalang kita dari bertaubat kepada Allah?
Apakah disebabkan keketagihan kepada maksiat menyebabkan kita berat untuk bertaubat?
Tidak...
Jangan sesekali begitu, bahkan engkau telah melakukan satu kesilapan.
Juga kesalahan.
Malam Laylatul Qadar

Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa Nabi (SAW) bermimpi melihat Bani Umayyah menduduki dan menguasai mimbarnya setelah beliau wafat. Beliau merasa tidak senang kerananya. Maka turunlah (108:1) dan (97:1-5) untuk membesarkan hati beliau.
Keterangan:
Al-Qasim al-Hirani menyatakan bahawa kerajaan Bani Umayyah itu ternyata berlangsung tidak lebih dan tidak kurang dari 1000 bulan. Menurut at-Tirmidzi, riwayat ini Gharib sedang al-Muzani dan Ibnu Katsir menyebutnya sangat munkar.
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahawa Rasulullah (SAW) pernah menyebut-nyebut seorang Bani Israil yang berjuang fii sabilillah menggunakan senjatanya selama seribu bulan terus menerus. Kaum muslimin mengagumi perjuangan orang tersebut. Maka Allah menurunkan ayat (97:1-3), bahawa satu malam laylatul qadr lebih baik daripada perjuangan Bani Israil selama 1000 bulan.
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa di zaman Bani Israil terdapat seorang laki-laki yang beribadah malam hari hingga pagi dan berjuang memerangi musuh pada siang harinya. Perbuatan itu dilakukan selama seribu bulan. Maka Allah menurunkan ayat (97:1-3) yang menegaskan bahwa satu malam laylatul qadr lebih baik daripada amal 1000 bulan Bani Isra'il tersebut.
Sumber: Materi Tarbiyah Digital.
Pesta HEBOH!

Lalu berlakulah wabak sosial. Dalam wabak sosial tersebut, mereka sangka mereka sedang bergembira, tetapi satu azab yang sangat pedih sedang mengintai-intai tidak jauh dari situ. Menunggu-nunggu sahaja masa kedatangannya, dengan arahan dari Allah SWT. DikataNya sahaja "JADI!" maka hancur binasalah satu kaum, tidak tersisa lagilah walau seorangpun. Namun Dia menangguhkannya.
Keadaan yang begitu teruk itu terlalu berleluasa, sehingga ramai menyangka bahawa "inilah arus utama!". Barangsiapa yang tidak mengikut arus utama ini, pasti akan ditinggalkan oleh dunia. Pasti mereka akan dianggap "kolot" oleh golongan-golongan "terkini". Mana-mana manusia yang berpegang kepada Islam juga diannggap kolot, lalu mereka menjadi golongan minoriti; pada sangkaan orang ramai.
Tetapi sebenarnya, sangkaan mereka telah tersilap! Jauh sekali dari kebenaran yang nyata. Keadaan yang sebaliknya berlaku sepanjang masa:

"Apakah selain dari deen Allah yang mereka cari, sedangkan bagiNya telah menyerah (aslama) segala apa yang ada di langit dan di bumi? Sama ada dalam keadaan taat atau terpaksa, dan hanya kepadaNyalah mereka kembali"
Segala-galanya telah tunduk dan patuh. Segala-galanya telah islam. Yang tinggal hanya manusia dan jin, dengan persoalan "Adakah mereka juga ingin menyertai jamaah yang terbesar ini?" Lalu merekalah yang membuat keputusan sendiri.
Segala sesuatu yang selain dari jin dan manusia bersujud menghadapkan wajah mereka kepada Allah:

"Dan bagi Allahlah bersujudnya apa yang ada di langit dan bumi, dalam keadaan taat atau terpaksa, juga bayang-bayang mereka, pada waktu pagi dan petang"

"Langit yang tujuh dan bumi serta sekalian penghuninya sentiasa bertasbih kepada Allah dan tiada satu kejadianpun melainkan seluruhnya bertasbih kepada Allah"
Bertasbihnya mereka umpama berada mereka di dalam satu pesta yang agung. Satu pesta yang tidak dapat ditandingi oleh mana-mana pesta yang lain. Walau sebesar mana keHEBOHan pesta tersebut yang dianjurkan oleh manusia, pesta ini jauh lebih besar. Walaupun manusia berbondong-bondong datang ke pesta-pesta HEBOH, dengan angka yang berpuluh-puluh ribu atau lebih, dengan anak dan bini, pesta HEBOH manusia tidak dapat mendekati langsung (dari segi bilangan) pesta yang Agung ini.
Ia adalah PESTA IBADAH yang disertai oleh seluruh makhluk, sama ada yang berada di langit atau di bumi, atau yang ada di antara keduanya. Kesemuanya telah menyertai Pesta Ibadah ini. Para malaikat dengan jumlahnya yang berjuta-juta mentasbihkanNya sepanjang masa. Ada yang rukuk, ada yang sujud, dan ada pula yang bertawaf mengelilingi 'arasy Allah 'Azza wa Jalla. Burung-burung berkicauan pada pagi hari dan petang hari tanda bertasbihnya mereka kepada Allah. Pokok-pokok berdiri tegak, megah di dalam hutan rimba. Bayang-bayangnya menyejukkan bumi. Harimau dan singa mengaum pada siang hari, kesemuanya mentasbihkan Allah, dalam bahasa yang tidak difahami oleh manusia. Kelompok manusia yang dianggap kecil tadi telah, dengan tiba-tiba, menjadi kelompok terbesar.
Lalu Allah wujudkan Ramadhan, untuk menjadi pemangkin kepada manusia untuk menyertai Pesta Agung ini. Di dalamnya ada bermacam-macam nikmat dan rahmat. Yang diketahui dan tersembunyi, dari perkara-perkara yang menjadi penyejuk mata (qurrata a'yun) bagi orang-orang yang bertaqwa.
Marilah kita menyertai Pesta yang terbesar ini.
Marilah kita bersama-sama di dalam PESTA IBADAH...
Semarakkan RamadhanMU..!

Kecilnya Dunia Buat Du'at

Sungguh! Dugaan-dugaan dunia yang kecil tidak bermakna apa-apa kepada sang da'ie agung. Ketika kaumnya menentangnya dengan sekeras-keras tentangan, dan ketika tahun kehilangan dua orang yang tersayang (Khadijah dan Abu Talib), da'ie ini menamakan tahun tersebut sebagai tahun kesedihan. Tetapi nama kesedihan tidak terbit dari rasa sayang kehilangan dua orang tersayang, ianya terbit dari sebab tidak berkembangnya da'wah dalam tempoh tersebut.
Mulianya jiwa ini, sedih bukan kerana sebab dunia. Tetapi sedih kerana tiada manusia yang menerima kalimah yang mulia ini, serta risalah yang dibawa.
Lalu sang da'ie agung diperintahkan untuk keluar disekitar Makkah. Berjumpalah dia dengan penduduk Ta'if, membawa risalah yang suci, buat kaum yang baru. Namun mereka menolak seruan yang mulia ini, dengan lemparan batu-batu yang banyak, sehingga luka-luka tubuh peribadi agung ini. Malaikat bukit menawarkan diterbalikkan gunung ke atas mereka yang menzalimi baginda, tetapi dugaan dunia tidak menyempitkan perasaan dan cita-cita mulia baginda, lalu dijawab: "Bahkan aku mengharap agar lahir dari mereka, generasi yang mentauhidkan Allah".
Kemudiannya dibacanya sebuah doa yang masyhur, yang mengadu kepada Rabbul 'Alamin, tentang perasaannya terhadap da'wah yang dibawa:
"Ya Allah, wahai Tuhanku! Kepada engkau aku mengadu hal keletihan tenagaku, kekurangan helahku, kehinaanku di hadapan manusia... Wahai Yang Maha Penyayang Lagi Maha Belas Kasihan! Engkaulah Tuhan golongan yang lemah dan dhaif, engkaulah Tuhanku, kepada siapa lagi yang hendakku menyerah? Apakah kepada orang yang jauh membenciku? Atau kepada seteru yang telah Engkau berikan kuasa mengatasi aku? Kiranya tiada kemurkaanMu ke atasku, tidaklah aku peduli. Namun afiat dariMu lebih luas bagiku, aku berlindung dengan cahayaMu. Engkaulah yang menerangi kegelapan, dengannya urusan di dunia dan di akhirat menjadi baik. Aku berlindung denganMu dari terturunnya ke atasku kemurmkaanMu, atau terturunnya kemarahanMu, bagiMu jua tempat kembalinya (segala sesuatu) hingga tercapai keredhaanMu, tiada daya dan upaya kecuali denganMu, wahai Tuhan..!"Seorang da'ie tidak lemah dihambat dunia, tetapi risaunya adalah pada da'wahnya. Baginya, dunia adalah kecil dan remeh... Tetapi akhirat jualah yang besar disisinya. Dengan itu, dalam tiap kejatuhan masih ada harapan lagi, melainkan kejatuhan pada hari kebangkitan.
Seorang da'ie bebas hatinya dari dunia dan kesedihannya.
Kerana akhirat adalah wawasan dan cita-citanya.
Jangan engkau sedih wahai para du'at!
Mengapa kita membaca Al-Quran meskipun kita tidak mengerti artinya?
Seorang Muslim tua, Amerika bertahan hidup di suatu perkebunan di suatu pegunungan sebelah timur Negara bagian Kentucky dengan cucu lelakinya yg masih muda. Setiap pagi Kakek bangun lebih awal dan membaca Quran di meja makan di dapurnya. Cucu lelaki nya ingin sekali menjadi seperti kakeknya dan mencoba untuk menirunya dalam cara apapun semampunya.
Suatu hari sang cucu nya bertanya, “Kakek! Aku mencoba untuk membaca Qur’An seperti yang kamu lakukan tetapi aku tidak memahaminya, dan apa yang aku pahami aku lupakan secepat aku menutup buku. Apa sih kebaikan dari membaca Qur’An?
Dengan tenang sang Kakek dengan meletakkan batubara di dasar keranjang usang, memutar sambil melobangi keranjang nya ia menjawab, ” Bawa keranjang batubara ini ke sungai dan bawa kemari lagi penuhi dengan air.” Maka sang cucu melakukan seperti yang diperintahkan kakek, tetapi semua air habis menetes sebelum tiba di depan rumahnya.
Kakek tertawa dan berkata, “Lain kali kamu harus melakukukannya lebih cepat lagi,” Maka ia menyuruh cucunya kembali ke sungai dengan keranjang tsb untuk dicoba lagi. Sang cucu berlari lebih cepat, tetapi tetap, lagi2 keranjangnya kosong sebelum ia tiba di depan rumah. Dengan terengah- engah, ia berkata kepada kakek nya bahwa mustahil membawa air dari sungai dengan keranjang yang sudah dibolongi, maka sang cucu mengambil ember sebagai gantinya.
Sang kakek berkata, ” Aku tidak mau ember itu; aku hanya mau keranjang batubara itu. Ayolah, usaha kamu kurang cukup,” maka sang kakek pergi ke luar pintu untuk mengamati usaha cucu laki-lakinya itu. Cucu nya yakin sekali bahwa hal itu mustahil, tetapi ia tetap ingin menunjukkan kepada kakek nya, biar sekalipun ia berlari secepat-cepatnya, air tetap akan bocor keluar sebelum ia sampai ke rumah.
Sekali lagi sang cucu mengambil air ke dalam sungai dan berlari sekuat tenaga menghampiri kakek, tetapi ketika ia sampai didepan kakek keranjang sudah kosong lagi. Sambil terengah-engah ia berkata, ” Lihat Kek, percuma!” ” Jadi kamu pikir percuma?” Jawab kakek.
Kakek berkata, ” Lihatlah keranjangnya. ” Sang cucu menurut, melihat ke dalam keranjangnya dan untuk pertama kalinya menyadari bahwa keranjang itu sekarang berbeda. Keranjang itu telah berubah dari keranjang batubara yang tua kotor dan kini bersih, luar dalam.
“Cucuku, hal itulah yang terjadi ketika kamu membaca Qur’An. Kamu tidak bisa memahami atau ingat segalanya, tetapi ketika kamu membaca nya lagi, kamu akan berubah, luar dalam.
Itu adalah karunia dari Allah di dalam hidup kita.”
Seperti sabda Nabi Muhammad( SAW) :
“Bagi siapa saja yang membawa kebaikan maka akan mendapat ganjarannya”
Ubat Hati

Wahai sekalian manusia! Telah datang kepadamu mau'idzah dari Tuhanmu, penawar apa yang ada di dada, huda, dan juga rahmah bagi orang-orang yang beriman. Katakanlah: Dengan kurniaan Allah dan rahmatnya, hendaklah dengan itu mereka bergembira (kerana) yang demikian itu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.
Kisah 1
Tatkala seorang anak ingin berkahwin dan masanya pun sudah hampir untuk dia berakad nikah, lalu bapanya yang berada berdekatan dengan si anak memanggilnya,
"Angah, maih sini. Abah nak pesan sesuatu untuk angah sebelum kahwin..."
Lalu si anak mendekati bapanya dengan penuh ketaatan akan permintaan si bapa tersebut,
"Ya, abah. Angah dengar ni..."
Si anak langsung meletakkan sepenuh perhatian kepada kata-kata yang bakal dikeluarkan dari seorang bapa yang telah melalui pengalaman dan mempunyai pengetahuan yang lebih dalam hal hidup berbaytul muslim. Dia cuba menyelami segala maksud yang cuba di sampaikan oleh si bapa agar dia memperoleh bekalan dan manfaat yang besar dalam perjalanan hidup baru yang bakal ditempuhinya.
Kisah 2
Seorang anak telah mendengar sebuah pesanan dari sang ibu yang juga merupakan seorang doktor pakar,
"Angah, mama nak ingatkan supaya jaga tubuh badan tu. Minum air banyak-banyak supaya air tersebut dapat meneutralkan banyak toksin dalam badan. Nanti boleh menjauhkan diri dari penyakit."
Si anak yang bukan langsung seorang ahli dalam perbutan lalu mengambil nasihat yang penuh dengan makna tersebut,
"Ok, mum!"
Bagaimana mungkin seorang anak yang bukan ahli dalam bidang perubatan boleh menolak nasihat doktor pakar dalam hal-hal kepakaran si ibu?
Ayat yang cantik di atas telah menggambarkan kepada kita betapa besarnya kurniaan yang Allah berikan kepada kita dari al-Qur'anul Karim. Betapa dengan ayatNya yang berbunyi, "...telah datang kepada kamu mau'idzah dari Tuhanmu..." telah benar-benar menyentuh hati seorang mu'min. Dia membenarkannya dengan perasaan dan ruh yang hadir di dalam jiwanya, dan juga di dalam tindakannya.
Kisah 1 menggambarkan mau'idzah dari seorang bapa, yang apabila dia ingin menasihat si anak, si anak tersebut langsung duduk dengan penuh perhatian untuk mengambil pengajaran dan bekalan. Yang demikian adalah perasaan yang ada pada nasihat seorang bapa, yang telah membesarkan anak-anaknya, memberikan nafkah lahir dan batin, mendidik dari kecil dan telah memberikan bermacam-macam bakti lagi terhadap si anak.
Jika perasan dan ruh yang hadir untuk memperhatikan nasihat si bapa adalah dengan sedemikian rupa, apatah lagi perasaan menerima mau'idzah dari Rabbnya yang Maha Mulia, Maha Mengasihi lagi Maha Latif. Seseorang mu'min yang hidup hatinya pasti akan benar-benar memperhatikan dengan penuh perhatian terhadap apa yang disampaikan di dalam al-Qur'an.
Lalu dengan itu, "gementar kerananya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya" (39:23)... Kegentaran dan ketakutan kepada Allah tersebut mengubati hatinya dari sebarang ketidak tulenan, dari sebarang penyakit yang bersarang di dadanya. Mungkin ada nifaq, mungkin ada syirik, mungkin ada hasad dan lain-lainnya. Tetapi ketakutan tersebut dengan cepatnya menyebabkan terkeluarnya segala penyakit yang ada di dada. Kegementaran itu dengan cepatnya disusuli pula oleh perasaan tenang yang meliputi hati mereka "kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah" (39:23).
Sesungguhnya, kesan yang mendalam dari al-Qur'an terhadap kehalusan jiwa seorang mu'min menyebabkan ianya menjadi huda petunjuk baginya. Dalam keadaan yang manusia sudah hilang hala tuju dan pedoman hidup, mereka bepegang kepada satu hakikat yang agung yang telah diturunkan oleh Allah. Ia menjadi hidayah yang membimbing mu'min tersebut ke arah cahaya kebenaran, sekaligus mengeluarkan dirinya dari kegelapan jahiliyyah. Tetapi ia hanya menjadi memberi petunjuk buat sesiapa yang Dia kehendaki, "yang demikian itu huda Allah, Dia memberikannya kepada siapa yang Dia kehendaki" (39:23).
Dari petunjuk yang agung ini, Allah telah melimpah-limpahkan "...rahmat buat orang-orang mu'min". Dari keadaan yang harus bersusah payah mencari-cari tujuan hidup, lalu bingung dan menjadi gila kerananya, Dia memberikan kasih-sayang dan rahmatNya, dengan memberikan tujuan hidup yang jelas kepada manusia. Ini tidak lain dan tidak bukan hanya semata-mata untuk menyelamatkan para hambaNya dari azab yang sangat pedih. Tetapi akhirnya hanya orang mu'min sahaja yang mengambil tujuan tersebut di dalam hidup mereka.
Ini adalah satu "...kurniaan Allah..." yang sangat besar kerana kurniaan tersebut merangkumi rahmat dan belas kasihanNya terhadap hamba-hamba yang beriman. Maka dengan itu, orang-orang mu'min bergembira, bergembira kerana mereka meyakini bahawa janji Allah adalah yang paling benar dari yang benar, "...dan siapakah yang lebih menjaga janji berbanding Allah?" (9:111). Dia meyakini bahawa petunjuk yang Allah berikan adalah "lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan".
Allah telah menjanjikan buat mereka syurga yang agung.
"Ya Allah, jadikanlah hati ini rindu kepada syurgaMu!
Ya Allah, jadikanlah hati ini rindu kepada keharuman wangiannya!"
Pengabaian al-Qur'an

"Dan ar-Rasul (Muhammad) telah berkata: Wahai Tuhanku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan Qur'an ini mahjura (diabaikan)"
RasuluLlah SAW telah mengadukan kepada Rabbnya, dalam keadaan sedih, kerana suatu petunjuk dan keterangan yang jelas itu hanya menjadi bahan abaian oleh kaumnya yang leka dan lalai.
Bagaimana baginda SAW tidak berasa sedih? Sedangkan kitab inilah kitab yang diturunkan oleh Allah SWT, agar menjadi suatu keterangan yang jelas buat manusia, menjadi petunjuk buat orang-orang yang bertaqwa, menjadi sumber rujukan yang tidak ada lagi keraguan padanya dan menjadi peringatan buat mereka yang takut (kepada Allah dan hari pembalasan).
Adakah wujud orang yang dirinya tidak mahukan petunjuk yang jelas? Lalu dengan petunjuk tersebut dia memperoleh kejayaan yang hakiki? Bahkan manusia ini begitu lalai dan leka sekali, kerana ramai yang telah memperbuat sewenang-wenangnya terhadap al-Qur'an, iaitu dengan mengabaikannya; termasuk mereka yang mengaku dirinya seorang muslim.
Ramai dari kalangan manusia yang telah mengabaikan al-Qur'an, mereka mengabaikannya dalam empat cara:
- Mengabaikan tilawahnya. Kita teringat kisah seorang sahabat ketika RasuluLlah berkata kepadanya bahawa hendaklah al-Qur'an itu dikhatamkan selewat-lewatnya dalam sebulan. Ia seolah-olah nampak macam banyak, tetapi sebenarnya yang demikian adalah minima mentilawah al-Qur'an. Untuk khatam dalam tempoh satu bulan, seseorang itu hanya perlu membaca 4 muka surat dari al-Qur'an setiap kali selepas solat fardhu. Purata kadar membaca untuk 4 muka surat hanyalah sekitar 7 hingga 10 minit sahaja. Adakah 10 minit itu terlalu lama untuk membaca ayat-ayat Allah Yang Maha Agung?
- Mengabaikan taddaburnya. "Mengapakah mereka tidak mentadabbur al-Qur'an atau adakah hati mereka sudah terkunci?" (Muhammad, 47:24). Allah mempersoalkan kepada kita, agar hati kita sentiasa terbuka dengan kita mentadabbur kitab yang suci ini. Adakah ada ubat yang terbaik buat hati selain dari ayat-ayat dari al-Qur'an? "Dan Kami turunkan dari al-Qur'an (sesuatu) yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman, sedangkan bagi orang yang zalim (al-Qur'an) itu hanya akan menambah kerugian" (al-Isra', 17:82).
- Mengabaikan pengamalannya. "Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang kamu tidak perbuat? Amat besar kemurkaan di sisi Allah jika kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat" (as-Saff, 61:2-3). Juga kerana kita sentiasa mengingati sebuah hadith Nabi SAW: "Bukanlah iman itu dengan berangan-angan, bukan juga dengan perhiasan tetapi ia adalah sesuatu yang menetap di dalam hati dan dibenarkan dengan 'amal" (ad-Daylami). Maka apa yang dibaca hendaklah diterjemahkan dalam bentuk amal, dan tidak hanya tinggal sebagai kalimah-kalimah yang tertinggal di atas mashaf atau yang disebut-sebut di bibir sahaja.
- Mengabaikan penghukuman dengannya. Sesungghunya, Allah telah mengingatkan kita dengan suatu ingatan yang tegas dan keras; "...barangsiapa yang tidak berhukum dengan apa yang diturunkan oleh Allah, maka mereka itulah orang-orang kafir" (al-Maidah, 5:44), kafir dengan erti kata; mereka ini menolak kesluruhan dari ayat-ayat Allah tanpa ada sedikit pun perasaan untuk mendengar, memahami dan memerhatikan kebenarannya. Maka golongan ini adalah golongan yang telah kufur dengan sebab sikap tersebut. Dan juga di dalam ayat yang lain, "...barangsiapa yang tidak berhukum dengan apa yang diturunkan oleh Allah, maka mereka itulah orang-orang zalim" (5:45). Zalim disebabkan mereka telah mengakui kebenaran apa yang terkandung di dalam al-Qur'an atau apa yang telah diturunkan oleh Allah, tetapi mereka tidak mahu mengamalkannya atau mengambil isi kandungannya sebagai suatu perlembagaan hidup. Maka mereka adalah orang-orang yang menzalimi diri mereka sendiri. Dan yang terakhir, "...barangsiapa yang tidak berhukum dengan apa yang diturunkan oleh Allah, maka mereka itulah orang-orang fasiq" (5:47). Fasiqnya mereka disebabkan hanya mengambil sebahagian dan meninggalkan sebahagian yang lain. Hanya beramal dengan apa yang "sesuai" dengan diri mereka, dan meninggalkan bakinya. Tetapi mereka ini tidak menolak, bahawa keseluruhan al-Qur'an itu adalah benar dari Allah. Mereka adalah golongan yang fasiq.
Menjadi Generasi al-Quran yang Unik
Duhai jiwa-jiwa, marilah merasa dekat dengan Islam dekat jua dengan Allah Ta’ala.
Ketahuilah duhai jiwa, natijah yang Nampak seolah-olah Islami, tetapI sebenarnya terputus hubungan denganAllah, ditolak oleh Allah swt dan pelaku-pelakunya diseksa oleh Allah swt. Satu hadis yang wajar kita renungkan:
Perkara pertama yang akan diputuskan di hari kiamat ialah orang yang mati syahid. Maka dihadapkan dan ditanyakan beberapa nikmat Allah kepadanya. Setelah diakui banyaknya nikmat Allah, maka ditanya: apakah perbuatanmu terhadap nikmat itu? Jawabnya: Aku telah berjuang untuk-Mu sehingga mati syahid. Jawab Allah: Dusta engkau, tetapi engkau berjuang supaya dikenali sebagai pahlawan dan dirimu telahpun terkenal demikian. Kemudian diperintahkan supaya diseret ke dalam api neraka.
Begitu juga nasib seorang pelajar yang telah pandai serta megajar al-Quran. Allah Yang Maha Mengetahui tidak menerima semua amalnya untuk terkenal sebagai qari. Kemudian diseret mukanya kedalam neraka.
Seorang hartawan yang suka menderma ketika hidupnya mungkin juga dicampak ke neraka. Ini kerana amalannya terputus hubungan dengan Allah dan bertujuan untuk dikenali sebagai dermawan.
Duhai jiwa, tidakkah hadith ini cukup menggerunkanmu? Sedangkan orang yang mati syahid, qari, dan dermawan pun dicampak ke neraka. Biarpun hidupku dekat dengan Islam, namun bersihkah engkau duhai hatiku?
Persediaan hati perlukan proses tarbiah yang tersusun bermula dengan tazkiyah an-nafs dan mua’lajatul uyub( mengikis keaiban). Mujahadah yang dituntut amatlah perit dan bukan sedikit. Ia tidak boleh diambil mudah! Hanya dorongan dari hati yang diproses untuk dekat dengan Allah akan memampukan seseorang melakukan setiap apa yang diperintahkan oleh Allah swt serta menjauhi larangan-Nya secara menyeluruh. Inilah hakikat penghambaan sebenarnya dan hakikat pengabdian ini akan hanya akan lahir apabila jelas hubungan hati dengan Allah.
Kita cintakan Islam kaafah!! Bukan sekadar system pentadbiran yang perlu Islamik tetapi sistem diri juga perlu Islami merangkumi hati, pemikiran dan amalan. Berkata Hassan al-Hudaibi: Tegakkan Islam dalam diri, nescaya tertegaklah Islam di muka bumi. Wahai diri, bagaimanakah praktikalnya?
Kekuatan hubungan dengan Allah sahajalah yang menjadi tenaga penggerak hati, rasa, pemikiran dan sahsiah diri sejajar dengan syariat keIslaman. Inilah rahsia kekuatan sebenar yang akan mencorak sesorang dengan corakan Allah swt (sibghatullah) walaupun ditempat sunyi ataupun dikhalayak ramai, gelap dan terang, susah atau senang, setiap ketika, dimana sahaja. Inilah proses didikan yang dilakukan oleh Rasulullah saw kepada para sahabat sehingga dikenali sebagai generasi al-Quran yang unik.
Iman mereka diiktiraf oleh Allah dan apa yang wajar dicontohi ialah keimanan mereka, cara mereka berhubung dengan Allah dan rasulNya, keyakinan mereka, cara berfikir dan tingkahlaku mereka. Hakikat ini perlu diyakini dan dirasi untuk mengikut jejak langkah mereka. Sekiranya mereka menerima hakikat dekat dengan Allah sebagai titik tolak dalam melaksanakan Ubudiyyah kepada Allah (menegakkan Islam dalam diri dan dimuka bumi), maka kita juga mesti menerima hakikat ini sebagai satu prinsip yang utama.
Hakikat ini perliu dirasai agar setiap rasa, pemikiran, tingkah laku kita selaras dengan kehendak Allah, jernih dengan fikrah Islam yang dibawa oleh Rasulullah saw. Itulah generasi al-Quran yang unik.
Sabda Rasulullah:
‘Ingatlah bahawa Islam itu berputar, maka berputarlah kamu bersama Islam kemana saja ia berputar. Ketahuilah bahawasanya penguasa dan al-Quran akan berpisah, maka janganlah kamu berpisah dari al-Quran’
Zaman berganti zaman, Islam gharib (asing) kali kedua, hati-hati yang jernih fikrahnya menjadi ghuraba’ (orang-orang yang asing). Golongan ini sikit sekali kerana golongan ini sering mendapat tapisan demi tapisan dari Illahi sehingga yang tinggal hanyalah orang-orang yang benar-benar ikhlas kepadaNya.
Adakah amalan dan akhlak kita melayakkan kita untuk termasuk dalam golongan ghuraba’? mungkinkah kelalaian kita yang berterusan akan menyebabkan kita turut tertapis dari jalan ini? Nauzubillah…
Ya Allah, bantulah kami untuk layak berada di atas jalanMu. Jangan sekali-kali Kau menapis kami dari jalanMu kerana kelalaian kami sendiri untuk mengubati hati dan mengubah sahsiah diri. Ameen..
Merawat Buah-buah Pengorbanan

Berkaitan dengan ini, tersebutlah perkataan pengorbanan. Kalau nak menjadi lebih baik, pasti perlunya pengorbanan.Disini, re-post artikel dari Dakwatuna. Merawat Buah-buah Pengorbanan. Tersangatlah menarik dan menyentuh jiwa.Menyedari, dakwatuna amat lama untuk didownload pagenya, mungkin mudah untuk dibacakan disini.
Melakoni hidup kadang seperti kegiatan memancing ikan. Semakin bagus umpan yang diberikan, kian cepat dan besar ikan yang didapat. Sayangnya, tak semua pemancing sadar kalau mengail ikan butuh keyakinan dan kesabaran.
Tak pernah kering hikmah dari kisah Nabi Ibrahim dan Ismail a.s. Dua hamba Allah yang telah membuktikan kesalehan dan kesabarannya dalam taat pada Allah swt. Seorang ayah yang diuji cintanya, dan seorang anak yang dites taatnya pada Allah dan orang tua.
Tak pernah terpikir oleh Ibrahim kalau kecintaannya dengan Ismail harus berbenturan dengan sebuah mimpi. Mimpi yang memintanya untuk menyembelih putera yang telah ia nanti hingga lebih dari delapan puluh tahun. Mimpi yang menyuruhnya melakukan perbuatan yang di luar batas kewajaran. Terlebih buat orang yang sangat ia cintai. Berat. Sangat berat.
Masih terbayang oleh Ibrahim bagaimana beratnya kehidupan Ismail dan ibunya ketika ia tinggalkan cuma berdua di sebuah negeri asing yang tandus. Kawasan padang pasir yang bukan sekadar tak berpenghuni, tapi juga tak berair dan berpohonan. Bagaimana mungkin mereka bisa hidup. Kalau bukan karena ketaatan dan tawakalnya pada Allah swt., tentu Ibrahim tak akan tega meninggalkan mereka menuju Palestina.
Namun, Ibrahim yakin kalau itu bukan sekadar mimpi. Bukan sekadar bunga-bunga tidur yang tidak punya arti. Ia yakin kalau itu perintah Allah yang harus ditaati. Walaupun tak mampu dicerna oleh nalar yang wajar. Dengan sangat bijaksana, Ibrahim mengungkapkan kegundahan itu kepada Ismail, “Wahai anakku. Aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Bagaimana pendapatmu?” (Ash-Shaffat: 102)
Ternyata, jawaban Ismail begitu mengharukan. “Wahai ayahku! Laksanakanlah apa yang telah diperintahkan Allah kepadamu. Engkau akan menemuiku insya Allah sebagai seorang yang sabar dan patuh kepada perintah. Aku hanya meminta dalam melaksanakan perintah Allah itu, agar ayah mengikatku kuat-kuat supaya aku tidak banyak bergerak dan menyusahkan ayah. Kedua, agar menanggalkan pakaianku supaya tidak terkena darah yang akan menyebabkan berkurangnya pahalaku dan terharunya ibuku bila melihatnya. Ketiga, tajamkanlah parangmu dan percepatkanlah perlaksanaan penyembelihan agar meringankan penderitaan dan rasa pedihku. Dan yang terakhir, sampaikanlah salamku kepada ibuku, berikanlah kepadanya pakaianku ini untuk menjadi penghiburnya dalam kesedihan dan tanda mata serta kenang-kenangan baginya dari putera tunggalnya.”
Mendengar itu, Ibrahim langsung memeluk Ismail, dan menciumnya dengan penuh cinta. Ia mengatakan, “Bahagialah aku mempunyai seorang putera yang taat kepada Allah, bakti kepada orang tua yang dengan ikhlas hati menyerahkan dirinya untuk melaksanakan perintah Allah.”
Itulah kisah yang menyimpan seribu satu hikmah. Allah swt. mengabadikan kisah teladan itu dalam firman-Nya, “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya (dengan sempurna). Allah berfirman, ‘Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia.’ Ibrahim berkata, ‘(Dan saya mohon juga) dari keturunanku.’ Allah berfirman, ‘JanjiKu (ini) tidak mengenai orang-orang yang zalim.” (Al-Baqarah: 124)
Di antara hikmah itu adalah mencintai sesuatu butuh pengorbanan. Semakin tinggi dan agung sebuah ungkapan cinta, kian besar tuntutan nilai pengorbanannya. Adakah ungkapan cinta yang lebih tinggi selain cinta kepada Yang Maha Pencinta, Allah swt. Dan hal itulah yang ingin ditunjukkan Nabi Ibrahim a.s. Ia harus berkorban. Dengan apa pun, walaupun harus dengan nyawa orang yang paling ia cintai.
Kedua, kadang kedekatan seorang hamba Allah dengan Rabbnya bisa terhalang dengan kedekatan-kedekatan yang lain. Bisa harta, jabatan, isteri atau suami, anak dan cucu. Ada tarik-menarik antara kedekatan-kedekatan itu. Dan setan kerap memainkan kedekatan yang lain itu untuk menggoyahkan komitmen seorang mukmin.
Betapa tidak sedikit seseorang yang akhirnya menjauh dari Allah lantaran orang yang ia cintai pergi untuk selamanya. Ia lupa kalau siapa pun yang tiba-tiba dekat dalam hatinya cuma berlangsung sementara. Ia akan berpisah. Bisa ia yang ditinggalkan, atau ia yang akan meninggalkan. Tak ada yang abadi dalam dunia.
Maha Benar Allah dalam firmanNya, “Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allahlah pahala yang besar.” (Al-Anfal: 28)
Alangkah indahnya keteladanan yang pernah diperlihatkan Ibrahim a.s. Ia terbukti mampu menempatkan kecintaan pada Allah di atas kecintaan yang lain. Ia pun sukses mengikat cinta-cinta hati orang-orang dekatnya untuk bersama-sama mencintai Allah swt.
Maha Benar Allah dalam firmanNya, “Dan Kami panggilkan dia, ‘Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu.’ Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian. (yaitu) ‘Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim.” (Ash-Shaffat: 104-109).
Recent Comments