Nama dan Sifat al-Qur'an (1)

Sebelum ini kita telah berbahas tentang bagaimana pandangan Nabi saw dan para ulama salaf (para sahabat dan para tabi'in) terhadap al-Qur'an. Yang mana hal itu semua tidak bisa dilakukan kecuali karena interaksi mereka yang intens dan diiringi pemahaman mereka yang mendalam, sehingga dapat memberikan pandangan yang begitu terhadap al-Qur'an.

Karena itu pada kesempatan ini dan kesempatan selanjutnya akan kita bahas tentang nama dan karakteristik Al-Qur'an dan bagaimana kiat kita untuk bisa sukses berinteraksi dengan Al-Qur'an.

Di dalam al-Qur'anul-Karim banyak disebutkan beberapa nama dan karakteristik Kitabullah (Al-Quran Al-Karim), dan dalam ayat-ayatnya disebutkan juga beberapa sifat dan keistimewaan secara gamblang akan kitab ini; sehingga dapat memberikan pengaruh yang baik terhadap individu dan sosial, memperlihatkan fenomena-fenomena kemuliaan yang mendalam seperti yang pernah dilakukan oleh Rasulullah dan para sahabatnya serta para tabi'in dalam berinteraksi dengan Al-Quran, membawa mereka pada kehidupan yang bersih dibawah naungannya.

Sebelum membaca dan mentadabburkan Al-Quran, maka kita mesti mengetahui dan memahami lebih dahulu sifat-sifat dan karakteristik-karakteristik, serta keistimewaan Al-Qur'an, menelaah lebih cermat saat berada dihadapan ayat-ayat yang diungkapkan, mehidupkan dengan segala kemampuan dan perasaan seakan seluruh detik kehidupan kita diserahkan untuknya…

Sesungguhnya Allah SWT mengajarkan kepada kita melalui firman-Nya yang Mulia untuk selalu memperhatikan kehidupan yang penuh berkah di dalamnya, mengarungi kehidupan yang tentram saat berada di bawah naungannya. Karena itu, Allah SWT memaparkan kepada kita beberapa nama-nama, sifat-sifat, karakteristik dan keistimewaan Al-Quran, sehingga kita bisa menerimanya dengan penuh kesadaran, pemahaman, dan optimisme, guna mengenal lebih dekat akan karakteristik, misi, peranan dan risalah Al-Quran itu sendiri. Karena tidak ada seorangpun yang lebih tahu kalam Allah kecuali Allah SWT itu sendiri. Dan karunia Allah atas kita adalah diberikannya pengenalan terhadap Al-Quran, yang merupakan kenikmatan yang terbesar dan sangat berharga, sebagai Rahmat yang tak terkira sehingga kita seharusnya menerimanya dengan menghadapkan wajah kepada Allah dengan pujian dan syukur, ikhlas dan cinta. Menerima secara penuh akan kitab-Nya dengan tadabbur, perasaan, komitmen dan aplikasi. Agar kita dapat merasakan nikmatnya hidup melalui keragaman corak dan fenomena.

Dalam pembahasan ini akan coba kami hadirkan beberapa nama-nama Al-Quran dan karakteristiknya, keistimewaan dan sifat-sifatnya, keutamaan-keuatamaan dan nilai-nilai positif yang terkandung dalam Al-Qur'am, sebgaimana yang termaktub dalam nash-nash dan ayat-ayatnya.

1. Al-Quran

Adapun nama yang pertama yang kita kenal terhadap kitabullah adalah Al-Qur'an, bahkan nama inilah yang banyak disebut dalam ayat-ayat-Nya, sehingga nama ini merupakan nama yang paling masyhur dan dikenal, Allah SWT telah mengkhususkan kitab-Nya yang diturunkan kepada Rasulullah saw dengan nama ini, dan bahkan tidak diberikan kepada kitab-kitab samawiyah sebelumnya.

Dan kalimat "Al-Quran" berasal dari akar kata "Al-Qiraah" (sebagaimana yang telah disepakati oleh para ulama di bidangnya), dan telah menjadi ciri khusus atas kitab yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw, sehingga menjadi ilmu tersendiri.

Imam Ar-Ragib al-asfahani dalam kitabnya "Mufrodatul Quran" menyebutkan pendapat salah seorang ulama "kitab ini disebut "Al-Quran" dihadapan kitab-kitab Allah yang lainnya karena merupakan kumpulan dari intisari kitab-kitab tersebut bahkan merupakan rangkuman dari berbagai macam ilmu" sebagaimana yang telah disebutkan dalam firman Allah SWT : "-Dengan Al-Quran"- menjelaskan segala sesuatu". (Yusuf : 111) [1]

Dipilihnya nama kitabullah dengan Al-Quran –sebagai nama unggulan dan nama tersendiri- memberikan gambaran yang gamblang akan kewajiban, keistimewaan dan keunggulan umat Islam – sebagai pemelihara Al-Quran akan eksistensinya di tengah umat yang disekitarnya- karena tidak ada yang boleh mengambil sesuatu untuk menjadi manhajul hayah (sistem hidup) selain dari Al-Quran Al-Karim.

Allah menceritakan kronologi awal diturunkannya Al-Quran; yaitu pada bulan Ramadlan Al-Mubarak, dengan Firman-Nya "Bulan Ramadlan adalah bulan di dalamnya diturunkan Al-Quran pemberi petunjuk untuk manusia, pemberi penjelasan akan hidayah itu dan Al-Furqon –pembeda antara yang haq dan bathil-". (Al-baqoroh : 185)

Allah berfirman dalam mensifati Al-Quran : "Qof..Demi Al-Quran yang Mulia" (Qaf : 1) "Shad. Demi Al-Quran yang memberi peringatan" (Shad : 1) begitupun Al-Quran disifatkan dengan kitab berbahasa arab yang nyata –fasih- di dalam Firman Allah : "Kitab yang telah dirincikanm ayat-ayatnya, Al-Quran yang berbahasa arab untuk kaum yang mengetahui". (Fushilat : 3)

Allah menetapkan bahwa Al-Quran adalah kitab yang mudah diingat –dihapal- bagi siapa yang ingin mengingat dan mengahapalnya, dan bagi siapa yang berinteraksi dengannya dengan hati yang hidup dan terbuka- Alalh SWT berfirman : "Sungguh Kami telah jadikan Al-Quran mudah diingat, maka adakah orang yang mengingatnya". (Al-Qomar : 17)

Sebagaimana pula Allah menjelaskan bahwa dalam Al-Quran telah disebutkan dari setiap sesuatu permisalan agar manusia mau berfikir atau mengingatnya namun mereka lalai dari permisalan ini bahkan ada yang membangkang darinya, dan memilih hidup dalam kebimbangan, kufur dan linglung. Allah berfirman : "Sungguh telah berikan untuk manusia didalam Al-Quran permisalan dari sesuatu, maka kebanyakan manusia enggan sehingga mereka menjadi kufur" (Al-Isra : 89)

Allah mengajarkan kepada kita bahwa mereka -orang-orang kafir- tidak suka mendengar bacaan Al-Quran, dan setiap Rasulullah saw membaca Al-Quran maka penghalang yang tinggi dan tirai yang tebal menutupi antaranya dan orang-orang kafir, hijab ini diumpamakan dalam tutup yang terletak didalam hati, mulut dan telinga, sehingga tidak bisa menghayati dan mentadabburkan kalam Allah. Karena itu mereka akan berpaling dari orang yang membaca kalamullah, pergi dan lari darinya, Allah SWT berfirman : "Dan jika Engkau membacakan Al-Quran kepada mereka, Kami jadikan antaramu dan orang-oran gyang tidak beriman hijab diakhirat. Dan Kami jadikan hati mereka tertutup dari memahami Al-Quran, telinga mereka tuli. Dan jika engkau ingatkan Tuhanmu kepada mereka dalam Al-Quran maka mereka akan berpaling dan meniggalkan kamu jauh-jauh." (Al-Isra : 45-46)

Allah juga menyeru kepada kita untuk bersemangat dalam membaca Al-Quran, selalu siap dengan persiapan khusus, menghadapkan wajah kepada Allah, memohon perlindungan kepada-Nya dari godaan syetan, agar doa ini menjadi wasilah suatu kemudahan dalam mentadabburkan Al-Quran, Allah berfirman : "Maka jika engkau hendak membaca Al-Quran, mohonlah perlindungan dari godaan syetan yang terkutuk". (An-Nahl : 98)

Allah juga meminta kepada kita untuk memliki adab yang baik terhadap Al-Quran, saat kita mendengar alunan ayat yang dibaca, maka kita wajib mendengar dengan sepenuh jiwa, membuka pintu-pintu hati agar dapat memiliki hubungan dan interaksi yang baik dengannya. Bedakan antara mendengar dan mendengarkan, karena mendengar hanyalah sekedar sampainya suara ke telinga, namun kadangkala hanya sekedar mendengar tanpa disengaja. Adapun mendengarkan berarti mengikut sertakan indra dan seluruh pensendian –anggota tubuh- yang lain seperti telinga untuk berinteraksi, tadabbur, talaqqi dan konsentrasi. Allah SWT berfirman : "Maka jika dibacakan Al-Quran maka dengarkanlah bacaan itu dan diamlah –heninglah- agar kalian mendapat Rahmat". (Al-A'raf : 204).

Allah juga menjelaskan pengaruh yang sangat besar akan tunduknya gunung yang besar –saat diberikan amanah kepadanya- dan berinteraksi dengannya, menampakkan fenomena yang sangat dahsyat dan menakjubkan, Allah berfirman : "Kalau sekiranya Kami menurunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah, dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir". (Al-Hasyr : 21) dan Firman-Nya : "Dan sekiranya ada suatu bacaan )kitab suci) yang dengan bacaan itu gunun-gunung dapat digoncangkan atau bumi menjadi terbelah atau oleh karenaya orang-orang yang sudah mati dapat berbicara (tentu Al-Quran itulah dia). Sebenarnya segala urusan itu adalah kepunyaan Allah". (Ar-Ra'ad : 31)

Allah telah memerintahkan kepada kita untuk mentadabburkan Al-Quran, bersimpuh di hadapannya untuk menelaah ayat-ayat-Nya, mengkaji akan wahyu-wahyu-Nya, arahan-arahan-nya, nilai-nilai dan hakekat-hakekat-nya, sehingga mampu menghilangkan penyakit yang ada pada dua telapak tangan yang dapat menjadi penghalang antara kita dengan tadabbur ini, menghilangkan penyakit yang selalu mengganjal kita saat ingin mengamalkannya, sehingga sirna penyakit tersebut atau hilang secara keseluruhan yaitu tertutupnya hati yang sering menjadi penghalang masuknya cahaya hidayah, kebaikan dan kehidupan, adapun penutup itu adalah syahwat, maksiat dan cinta kepada dunia; sehingga hati sibuk dengan itu semua dan tidak ada tempat yang cukup untuk bisa mentadabbutkan, mendapat hidayah dan cahaya iman. Allah berfirman : "Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Quran ataukah hati mereka terkunci ?". (Muhammad : 24)

Allah memberi petunjuk agar kita menjadikan tadabbur sebagai wasilah (sarana) bukan tujuan, tidak sambil melakukan pekerjaan dan sibuk karenanya; sesuai dengan tujuan yang didambakan, yaitu bertambahnya Iman, tisqoh dan yakin terhadap Kalamullah, memperhatikan rangkaian kalimat-kalimatnya, hubungan kesesuaian, dan memahami misi dan tujuannya serta menemukan hakekat-hakekat dan ketentuan-ketantuannya. Allah SWT berfirman : "Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Quran ? Kalau kiranya Al-Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya ". (An-Nisa : 83)

Allah telah menganugrahkan kepada kita dengan memberikan kabar bahwa jika kita berinteraksi, membaca dan mentadabburkan Al-Quran, akan mendapatkan hidayah yang dapat membimbing ke jalan yang lurus, cahaya yang menerangi, obat yang ampuh. Karena Al-Quran adalah hidayah untuk individu dan jamaah, cahaya bagi seluruh aspek kehiduoan baik individu dan sosial, obat bagi segala penyakit umat. Allah berfirman : "Sesungguhnya Al-Quran ini memberikan petunjuk kepda (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mu'min yang mengerjakan amal soleh behwa bagi mereka ada pahala yang besar" (Al-Isra : 9) dan Firman Allah "Dan Kami turunkan Al-Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Quran itu tidaklah menambah kepda orang-orang yang zalim selain kerugian" (Al-Isra : 82)

Maha Benar Allah ketika mensifati kitab-Nya dengan sifat bijaksana, yaitu sifat yang agung yang tidak diberikan kepada siapapun kecuali orang yang berakal !! kita diharapkan dapat berinteraksi dengan Al-Quran sesuai dengan kehendak Allah, hidup di bawah naungannya yang sesuai dengan manhaj –sistem- Allah, kita telaah sebagian sisi hikmah dalam Al-Quran yang agung dan mulia ! Allah berfirman : "Yasin, Demi Al-Quran yang memiliki hikmah". (Yasin : 1-2)

Allah mencela orang-orang kafir yang membagi-bagi Al-Quran, memberikan sifatnya secara bathil –guna menghalangi manusia untuk beriman kepada Al-Quran- mereka berkata : sihir, sya'ir, dukun –mantera-…, celaan ini diberikan kepada Yahudi dan Nasrani yang membagi-bagi kitab-kitab samawiyah beberapa bagian, mereka beriman kepada sebagiannya dan mengingkari sebagian lainnya, karena menuruti hawa nafsu mereka. Kita juga berpendapat bahwa celaan tersebut juga ditujukan kepada orang-orang beriman yang membagi-bagi dan memilah-milah Al-Quran, mengambil sebagian dan membuang yang lainnya, menampakkan sebagian dan menyembunyikan sebagian lainnya, beriman kepada satu bidang dan mengingkari sebagian lainnya !! Allah berfirman : "Sebagaimana (Kami telah memberi peringatan), Kami telah menurunkan (azab) kepada orang-orang yang membagi-bagi (kitab Allah). (Yaitu) orang-orang yang telah menjadikan Al-Quran terbagi-bagi". (Al-Hijr : 90-91) makna : "'dilin disini adalah membagi-bagi, kadang mereka berkata dukun –mantera, kadang dongengan orang dahulu dan lain-lainnya seperti yang mereka sifatkan. [2]

Allah mendokumentasikan pengaduan Rasulullah saw kepada Tuhannya tentang orang-orang kafir yang menentang Al-Quran dan acuh terhadapnya. Allah berfirman : "Dan Rasulullah saw berkata : "Ya Tuhanku Sesungguhnya kaumku menjadikan Al-Quran sesuatu yang diacuhkan". (Al-Furqon : 30)

Bahkan Allah juga mendokumentasikan akan uslub-cara- dari orang-orang kafir dalam menghadapi Al-Quran; berusaha memerangi dan memusuhi, usaha yang begitu gencar dengan mengerahkan segala potensi, berusaha meredupkan cahaya Al-Qur'an dan menguasainya. Sungguh sangat jauh, sungguh sangat hina, apa yang mereka usahakan dan mereka lakukan !! sesungghnya mereka pindah dari cara yang buruk yang mengisyaratkan akan kekalahan mereka secara internal di hadapan Al-Quran, tekanan jiwa dan pengakuan mereka dihadapan hakekat-hakekatnya –yang terpelihara dan terjaga- dengan kelemahan mereka dalam mengahadapinya dan kegagalan memerangi Al-Qur'an. Mereka meminta kepada para umat yang tertipu dan terpedaya serta lalai agar tidak mendengar bacaan Al-Quran dengan seksama, dan menggantinya sebagai sebuah permainan, teriakan, kebisingan, sekedar alat komunikasi, tarik suara secara berlebihan, kelalaian dan main-main, keangkuhan, suara cempreng dan lain-lain. Allah berfirman : "Dan berkata orang-orang kafir : "Janganlah kalian mendengarkan dan menyimak ayat-ayat Al-Quran ini, dan batalkanlah –hukum-hukumnya agar kalian dapat menga;ahkan mereka" (Fushilat : 26)

Sumber asal: http://www.al-ikhwan.net

Advertisement

0 comments:

Post a Comment