Hidup Indah Di Bawah Naungan Al-Qur'an



Oleh: Zati Amni @ Farhana Ismahadi [3SSC]
Timbalan Ketua Jabatan JPDP Kelab Iqra' UTM 2010

BismiLlah,

Assalamu'alaykum wbt,

“Dan barangsiapa berpaling dari adz-Dzikr-KU, maka sesungguhnya baginya kehidupan yang sempit dan KAMI akan menghimpunnya pada hari Kiamat dalam keadaan buta.” (Thaha, 20:124).

Di dalam kitab Mabahits fi ‘Ulumil Qur’an Ustaz DR Manna Khalil al-Qaththan menggambarkan sikap Nabi Muhammad SAW dan kecintaan baginda kepada al-Qur’an. Rasulullah SAW itu sangat mencintai wahyu. Baginda senantiasa menunggu-nunggu datangnya ayat-ayat Allah SWT dengan penuh kerinduan. Sehingga jika turun suatu ayat, maka tidak terasa bibirnya yang mulia itu segera bergerak-gerak menirukan ucapan Jibril AS sebelum wahyu itu selesai dibacakan. Sehingga Allah SWT menurunkan ayat dari Surah Al-Qiyamah ayat 17 hingga 18 yang menjamin Nabi SAW akan hafal seluruh al-Qur’an dan memerintahkan baginda SAW agar sabar mendengarkan dulu sampai ayat tersebut selesai dibacakan baru kemudian mengikutinya.

Hal ini begitu membekas dan mempengaruhi para sahabat dan para salafus shalih, sehingga mereka mencurahkan perhatian yang sangat besar terhadap ayat-ayat al-Qur’an, dan menjadikannya perintah harian dari Tuhannya, sebagaimana perkataan salah seorang sahabat mulia Ibnu Mas’ud RA : “Demi Dzat yg tidak ada Ilah kecuali Dia, tidak ada satu pun surah al-Qur’an yang turun kecuali aku mengetahui di mana surah itu turun, di musim panas atau di musim dingin, dan tidaklah satu ayat pun dari Kitabullah yg diturunkan kecuali aku mengetahui tentang apa ayat itu turun dan bila ayat itu diturunkan.”

Perhatian para sahabat dan salafus shalih yg luar biasa besar ini kepada al-Qur’an bukanlah disebabkan kerana pada waktu itu tidak ada peradaban lain yang maju dan moden (kerana pada waktu itu dunia seiring dengan penguasaan peradaban yang besar iaitu Byzantium di Barat dan Kisra di Timur), tetapi tumpuan tersebut sengaja dilakukan oleh Rasulullah SAW agar membersihkan jiwa, pola fikiran dan kehidupan para sahabat, kerana proses kebangkitan sebuah generasi akan sangat tergantung pada apa yg menjadi dasar kebangkitan tersebut.

Demikian pentingnya pembersihan fikiran ini sehingga Baginda menegur Umar RA, ketika ia membaca al-Qur’an dan Taurat secara berganti-ganti untuk memperbandingkan, kata Baginda SAW pada sahabatnya itu: “Buanglah itu! Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-NYA, seandainya Musa AS masih hidup sekarang, maka tidak halal baginya kecuali harus mengikutiku, akulah penghulu para nabi dan akulah penutup para nabi.”

Sehingga sikap generasi sahabat Rasulullah SAW terhadap al-Qur’an adalah:

1. Membaca dengan benar, mengimani ayat-ayatnya dan mentadabburkannya. Firman Allah SWT : “Maka apakah mereka tidak memperhatikan (mentadabburkan) al-Qur’an ataukah hati mereka terkunci?” (Muhammad, 47 : 24).

2. Mencurahkan perhatian yang besar untuk membaca dan mempelajari kandungan al-Qur’an, yang sangat jauh berbeza dengan generasi kaum muslimin saat ini yang demikian jauh dari petunjuk Pemilik dan Pencipta-nya, yang jangankan memahaminya, membacanya pun seolah tidak ada waktu. Maha Benar Allah dengan firman-Nya : “Pada hari di mana berkatalah Rasul: Wahai Tuhanku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan al-Qur’an ini sebagai sesuatu yang ditinggalkan. Dan demikianlah Kami jadikan bagi setiap nabi, musuh-musuh dari orang-orang yang berdosa, dan cukuplah Tuhanmu menjadi Pemberi petunjuk dan Penolong.” (Al-Furqan, 25 : 30-31).

Berkata al-hafizh Ibnu Katsir dalam tafsirnya : “Yang dimaksud meninggalkan al-Qur’an dalam ayat ini mencakupi mengutamakan hal-hal lain daripada al-Qur’an, tidak beriman pada ayat-ayatnya, tidak mentadabburkannya, tidak memahami apa yang ia baca, tidak mengamalkan ayat-ayat yang dibaca, disibukkan oleh syair-syair, pendapat-pendapat dan lagu-lagu.” (Tafsir Ibnu Katsir, juz III hal 317)

3. Menjadikan Al-Qur’an sebagai standard kehidupan dan sumber pengambilan hukum dalam setiap aspek kehidupan mereka. Dalam salah satu hadits disebutkan:
Dari Harts al-A’war ia berkata: Aku lewat di masjid dan melihat orang-orang sedang asyik bercerita, maka aku khabarkan pada Ali RA: Wahai Amirul Mu’minin, tidakkah anda mengetahui orang sedang asyik bercerita? Maka beliau menjawab: Apakah mereka melakukannya? Maka jawabku: Benar! Maka kata beliau: Adapun aku pernah dinasihati oleh kekasihku SAW: Sesungguhnya kelak akan datang bencana. Maka kataku: Bagaimana jalan keluarnya wahai Rasul Allah? Maka jawab Baginda SAW: Kitabullah! Kerana di dalamnya terdapat khabar tentang ummat sebelum kalian, dan berita-berita tentang apa yang akan terjadi setelah kalian, dan hukum-hukum bagi apa yang terjadi di masa kalian, ia adalah jalan yang lurus dan tidak ada kebengkokan, tidaklah para penguasa yang meninggalkannya akan dihinakan Allah, dan tidaklah orang yang mencari petunjuk selainnya akan disesatkan Allah, dia adalah tali Allah yang sangat kukuh, cahaya-Nya yang terang benderang, peringatan-Nya yang paling bijaksana, jalan-Nya yang paling lurus. Dengannya tidak akan pernah puas hati orang yang merenungkannya, dan tidak akan bosan lidah yang membacanya, dan tidak akan lelah orang yang membahasnya. Tidak akan kenyang ulama’ mempelajarinya, tak akan puas muttaqin menikmatinya. Ia tak akan bisa dipatahkan oleh banyaknya penentangnya, tak akan putus keajaibannya, tak akan henti-henti jin yg mendengarkannya berkata: Sungguh kami telah mendengar Al-Qur’an yg menakjubkan. Barangsiapa yang mempelajari ilmunya akan terdahulu, barangsiapa yang berbicara dengannya akan benar, barangsiapa berhukum dengannya akan adil, barangsiapa yang beramal dengan membacanya akan dicukupkan pahalanya, dan barangsiapa yang berdakwah kejalannya akan diberi hidayah ke jalan yg lurus. Amalkan ini wahai A’war. (HR ad-Darami juga diriwayatkan oleh at-Tirmidzi)

Keadaan Ummat Terdahulu (orang-orang Kafir) terhadap Kitab-kitab Mereka.

1. Ummi (Bodoh tidak dapat membaca dan memahaminya)
“Dan diantara mereka ada orang-orang yang ummi, tidak mengetahui isi Taurat, kecuali cerita-cerita dari orang-orang lain saja dan mereka hanya menduga-menduga saja.” (Al-Baqarah, 2 : 78)

2. Beriman secara parsial
“Apakah kalian beriman pada sebagian Taurat dan ingkar kepada sebagian yg lain.” (Al-Baqarah, 2: 85)

3. Berusaha untuk berpaling dari Al-Qur’an kepada selainnya
“Dan sesungguhnya mereka hampir-hampir memalingkan kamu dari apa yang telah KAMI wahyukan kepadamu, agar kamu membuat selain al-Qur’an secara bohong terhadap Kami, dan kalau sudah demikian tentulah mereka mengambilmu sebagai sahabat setia.” (Al-Israa’, 17: 73)

4. Sengaja menghindar dari pengaruh Al-Qur’an
“Dan orang-orang kafir berkata : Janganlah kalian mendengar dengan sungguh-sungguh akan Al-Qur’an ini dan buatlah hiruk-pikuk terhadapnya, supaya kalian dapat mengalahkannya.” (Fushshilat, 41: 26)

5. Cinta dunia dan takut mati
“Sekali-sekali janganlah begitu! Sebenarnya kalian (hai manusia) mencintai kehidupan dunia dan lari dari akhirat.” (Al-Qiyamah, 75: 20-21)

Marilah kita bercermin pada profil ummat-ummat terdahulu terhadap kitab-kitab mereka dan marilah kita bandingkan dengan keadaan kita masing-masing, agar kita tidak tersesat sebagaimana mereka dahulu telah tersesat dari jalan Allah SWT.

WaLlahua'lam.

Oleh: Zati Amni @ Farhana Ismahadi [3SSC]
Timbalan Ketua Jabatan JPDP Kelab Iqra' UTM


Advertisement

Comments
1 Comments

1 comments

  1. entry yang mantap..semoga kita dipilih oleh ALLAH menjadi golongan generasi AQ..amin

    ReplyDelete